10 Desember 2008

Lahan 10 Hektar Untuk Rehabilitasi Narkoba

Neni : Pengguna seharusnya direhabilitasi.

Bontang., Hal tersebut diungkapkan Wakil Ketua DPRD Kota Bontang, Neni Moerniaeni pada pertemuan Workshop Penanganan Drugs dan HIV yang digelar 8-9 Oktober di Phnom Phen, Kamboja.

Dalam forum itu Neni Moerniaeni berharap pengguna narkoba tidak diperlakukan sebagai pelaku kriminal. ”Karena mereka itu korban. Jadi penanganannya harus berbeda dengan pelaku tindak kriminal. Di negara kita, semua masih sama rata. Pengguna, pengedar, maupun bandar, sama. Padahal, kalau pengguna, mereka itu seharusnya direhabilitasi. Karena dengan memasukkan mereka ke penjara, tidak menjamin mereka bisa sembuh. Justru link untuk mendapatkan narkoba, tetap terbuka. Kejadian seperti itu sudah sering terjadi di Indonesia.” Ujarnya.

Anggota Komisi IX DPR-RI Maryamah Nugraha Besoes, pada acara yang sama mengatakan masih menggodok RUU Narkoba. Memang ada beberapa pasal yang masih perlu penyempurnaan. Tapi teman-teman Pansus RUU Narkoba bertekad menyelesaikannya sebelum Pemilu nanti. Karena kalau tidak selesai, harus diulang dari awal,” kata Maryamah.

“Kami berharap, dalam UU Narkoba nanti, aturannya lebih spesifik,” tegas Neni.

Pembina Lembaga Advokasi dan Rehabilitasi Sosial (Laras) mengaku tidak sependapat jika pengguna narkoba dijadikan target operasi (TO) aparat kepolisian.

”Kalau jadi TO, itu artinya mereka termasuk pelaku tindak kriminal. Padahal mereka itu adalah korban. Makanya saya tidak sependapat jika mereka dijadikan TO. Karena itu, sebelum disahkan, RUU Narkoba harus betul-betul diteliti dan mengakomodir pendapat berbagai pihak. Termasuk drugs user. Supaya polisi juga bisa memilah dalam menangani kasus narkoba,” tandas Neni.

Patrick O’Gorman, Konsultan Asian Harm Reduction Network (AHRN), menjelaskan kepada delegasi Indonesia soal model pendampingan bagi anak-anak jalanan. Restoran yang sudah berdiri sekira tiga tahun itu, merupakan salah satu bentuk program pendampingan bagi anak-anak jalanan yang ada di Kamboja. Restoran yang dikelola oleh sekitar 30 anak jalanan ini biasa dikunjungi Angelina Jolie dan beberapa selebriti dunia saat berkunjung ke Kamboja itu.

“Restoran ini sangat terkenal karena sering dikunjungi artis terkenal. Bahkan Angelina Jolie pun kalau ke Kamboja, biasanya berkunjung ke restoran ini. Anak jalanan yang dibina Friend’s International ini berasal dari berbagai kalangan. Ada yang putus sekolah hingga drugs user. Mereka dibekali keterampilan, sampai akhirnya bisa mandiri,” jelas Aslam, Koordinator Lembaga Advokasi dan Rehabilitasi Sosial (Laras) yang merupakan jaringan dari AHRN.

Pola pendampingan lewat pemberdayaan ekonomi, menurut Aslam, merupakan salah satu program Laras yang akan dikembangkan di Kaltim, termasuk Bontang. “Kami masih mencari polanya,” ujar Aslam.

Sementara Wakil Ketua DPRD Bontang Hj Neni Moerniaeni yang selama ini concern pada permasalahan sosial, termasuk HIV-AIDS, menawarkan ide menarik untuk memberdayakan Orang dengan HIV-AIDS (ODHA).

“Saya ingin agar para penderita HIV-AIDS dan penggunaan narkoba yang selama ini didampingi Laras, diberdayakan. Caranya, dibuatkan wadah untuk beraktivitas yang hasilnya mempunyai nilai ekonomis. Misalnya saja, menyiapkan lahan seluas 10 hektare. Di situ, mereka bisa menanam kelapa sawit yang nantinya bisa menghasilkan. Memang tidak serta-merta bisa kelihatan hasilnya. Tapi kalau dimulai sekarang, tiga atau empat tahun lagi, hasilnya pasti kelihatan,” ujar Neni.

Dengan pola seperti itu, menurut Neni, pendampingan bisa terus dilakukan, meski Laras tidak lagi mendapat bantuan dari funding luar negeri.

“Ada atau tidak ada funding, program pendampingan harus bisa terus berjalan. Kita pun tidak lagi tergantung selamanya kepada funding luar negeri. Saya kira ini sama dengan yang dilakukan terhadap anak-anak jalanan di Kamboja, dengan membekali keterampilan untuk mengelola sebuah restoran,” pungkas Neni. (Erwin Lumenta)

Tidak ada komentar: