21 November 2008

Bontang Memang Aneh, Tidak Hujan Tapi Banjir??

- Alasannya selokan kecil, gorong-gorong kecil, sungai dangkal?

BONTANG -- Wali Kota Bontang Andi Sofyan Hasdam mengatakan banjir yang melanda Bontang medio November lalu disebabkan kiriman air dari Kabupaten Kutai Timur.

“Ini membuktikan bahwa daerah hitterland ada masalah. Di Bontang tidak ada hujan, tetapi kalau di daerah sana hujan, Bontang bisa banjir. Kalau ini tidak ditanggulangi, banjir akan terus terjadi,” katanya. Ia menjelaskan banjir yang menenggalamkan sedikitnya 8 RT di Kelurahan Api-Api itu tidak separah banjir 2004 dan 2005 karena Pemkot Bontang telah memperlebar Sungai dan membuat sejumlah drainase.

Ia mengatakan Dinas Pekerjaan Umum (PU) Kota Bontang akan melakukan kajian terkait usulan warga untuk membuat sodetan atau jalur yang menghubungkan Sungai Bontang dan Sungai Siagian. “Kalau itu bisa mengatasi banjir kenapa tidak kita akan lakukan. Kami bisa siapkan anggaran di 2009,” katanya.

Sejumlah warga yang rumahnya tergenang banjir di BTN KCY dan Kelurahan Api-Api mengaku tidak bisa tidur akibat banjir yang melanda sejak Rabu (12/11) malam dan Kamis (13/11) dini hari.

Azis (60) warga RT 35 mengatakan, sejak Rabu (12/11) malam memindahkan barang dan perabotan rumah mereka ke tempat yang lebih tinggi. "Setelah dipindahkan, kami berjaga-jaga khawatir air terus naik. Makanya kami tidak bisa tidur," ujarnya sembari mengeluarkan air dari rumahnya.

Sementara warga BTN KCY, Abdullah (65) juga mengaku berjaga-jaga karena air menggenangi rumah. Ketua RT setempat, Irham mengatakan, warga tidak bisa memasak karena rumah mereka tergenang.
"Dari 65 KK, yang terendam sekitar 25 KK," tambahnya.

Sumur Biopori
Banjir yang terjadi di kota Bontang, meskipun belum parah dampaknya, tetapi berpotensi lebih buruk. Karena menurut pantauan New Eksekutor banjir yang terjadi bukan sekedar meluapnya air sungai karena di hulu terjadi hujan deras. Tetapi pasang laut yang tinggi.
Terlihat beberapa rumah warga di Bontang Kuala terendam air laut. Yang menjadi pertanyaan, apa jadinya Kota Bontang Bila pasang yang sama dan sungai meluap karena kiriman air hujan dari hulu kemudian terjadi juga hujan deras? Praktis kota Bontang tenggelam.

Yoyo (50) warga Bontang Kuala mengaku baru kali ini mengalami kebanjiran. Pemukim Bontang Kuala yang sudah 30 tahun hidup diatas laut ini merasa resah dengan banjir kali ini. “Bagaimana Bontang Kuala 5 tahun kedepan? Hanya akan jadi kenangan kah pemukiman diatas laut ini?” katanya kesal.

Memang beragam langkah sudah dilakukan Pemkot Bontang untuk memberikan pemahaman kepada warga untuk menghadapinya, bahkan kalau bisa mencegahnya. Salah satu caranya adalah dengan sosialisasi pembuatan sumur biopori.

Penyuluhan itu diberikan kepada kader PKK Kelurahan Api-Api, Bontang Utara dan Kelurahan Berbas Pantai, Bontang Selatan. Selain itu juga diberikan pemahaman mengenai global warming dan kesehatan reproduksi yang diberikan oleh dr Hj Neni Moerniaeni Sp OG, wakil Ketua DPRD Bontang yang juga istri Wali Kota Bontang Sofyan Hasdam.

”Salah satu cara jitu mengatasi banjir adalah dengan menangkap air hujan dengan cara buat sumur resapan atau sumur biopori,”terang Neni.

”Cara membuat sumur biopori sangat gampang, gali lubang bentuk silinder berdiameter 10 – 30 cm, dengan kedalaman 8 – 10 meter atau boleh kurang jika muka air tanah dangkal. Untuk jarak antara lubang yang satu dengan yang lain adalah 50 – 100 cm. Selesai dibuat, isi lubang dengan sampah-sampah organik (sampah dapur, daun, rumput),tambah terus sampah organik jika isi lubang berkurang akibat pembusukan sampah, perkuat mulut lubang dengan memasukkan paralon (10 cm) dan pinggir mulut lubang disemen agar tidak longsor,” jelas Neni Moerniaeni.

Langkah lain yang sudah diambil Pemkot Bontang mewajibkan pemohon Izin Mendirikan Bangunan (IMB) untuk membuat sumur resapan dan juga pemohon Izin Usaha Jasa Konstruksi (IUJK) untuk menyumbang pohon.

Hal patut mendapat pujian walau agak terlambat. Karena hanya dengan cara itulah daya resap tanah terbuka yang sudah semakin sempit karena telah berdiri bangunan dapat ditingkatkan. Keuntungan lainnya, tentu cadangan air tanah yang selama ini menjadi andalan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) dapat dipertahankan. (Erwin Lumenta)

20 November 2008